Senin, 28 Februari 2011

NTP (Network Time Protocol)

Posted by Fahmil Khoriji 18.06, under | No comments


Network Time Protocol (NTP) merupakan suatu protokol yang digunakan untuk melakukan sinkronisasi waktu antara sistem lokal dengan sumber waktu yang akurat. Protokol ini diperlukan agar waktu yang tercatat pada sistem kita (lokal) bisa sama atau paling tidak mendekati waktu yang sebenarnya. Hal ini berguna agar tidak terjadi kesalahan atau kekacauan pada saat suatu sistem berkomunikasi dengan sistem lainnya karena perbedaan waktu yang tercatat pada setiap sistem tersebut. Selain itu seorang administrator jaringan akan dipermudah dalam menelusuri dan menganalisa masalah yang terjadi pada suatu jaringan jika waktu pada setiap sistem bersesuaian.

NTP sudah digunakan secara luas di dunia untuk melakukan sinkronisasi waktu antar sistem. Protokol ini memberikan tingkat akurasi kurang dari 1 milisekon pada LAN dan beberapa milisekon pada WAN. Saat ini sudah terdapat ratusan NTP server di seluruh dunia dan melayani jutaan NTP client di semua negara.

NTP menggunakan UDP port 123 sebagai layer transportnya. NTP beroperasi dengan menggunakan level hierarchy yang setiap levelnya diberi nomer yang disebut stratum. Stratum memiliki beberapa level yang mendefinisikan jarak dengan sistem yang menjadi referensi untuk menghindari cycle dalam proses sinkronisasi, diantaranya adalah:

* Stratum 0. Merupakan perangkat seperti jam atom dan tidak dikoneksikan langsung degan jaringan, tetapi terhubung dengan komputer.
* Stratum 1. Merupakan perangkat komputer yang terletak pada perangkat stratum 0.
* Stratum 2. Merupakan perangkat yang mengirimkan request NTP ke perangkat Stratum 1.
* Stratum 3. Merupakan perangkat yang memiliki fungsi yang sama seperti stratum 2 dan melakukan request NTP ke perangkat stratum 2.

NTP Server

NTP Server adalah situs NTP Stratum 1, 2, ..dst., yaitu Server yang sistem waktunya di-sinkron-kan terhadap sumber waktu akurat, dan men-transmisi-kan paket informasi waktu kepada komputer ‘klien’ yang meminta.

Tulisan berikutnya, akan membahas tentang NTP Server menggunakan perpaduan antara freeBSD dan GPS (Global Positioning System), yang mana dalam hal ini adalah Stratum 1.

Minggu, 27 Februari 2011

SNORT

Posted by Fahmil Khoriji 04.49, under | No comments


Snort adalah sebuah software ringkas yang sangat berguna untuk mengamati aktivitas dalam suatu jaringan komputer. Snort dapat digunakan sebagai suatu Network Intrusion Detection System (NIDS) yang berskala ringan (lightweight), dan software ini menggunakan sistem peraturan-peraturan (rules system) yang relatif mudah dipelajari untuk melakukan deteksi dan pencatatan (logging) terhadap berbagai macam serangan terhadap jaringan komputer. Dengan membuat berbagai rules untuk mendeteksi ciri-ciri khas (signature) dari berbagai macam serangan, maka Snort dapat mendeteksi dan melakukan logging terhadap serangan-serangan tersebut. Software ini bersifat opensource berdasarkan GNU General Public License [GNU89], sehingga boleh digunakan dengan bebas secara gratis, dan kode sumber (source code) untuk Snort juga bisa didapatkan dan dimodifikasi sendiri bila perlu. Snort pada awalnya dibuat untuk sistem operasi (operating system) berdasarkan Unix, tetapi versi Windows juga sudah dibuat sehingga sekarang ini Snort bersifat cross-platform.

Snort sendiri merupakan software yang masih berbasis command-line, sehingga cukup merepotkan bagi pengguna yang sudah terbiasa dalam lingkungan Graphical User Interface (GUI). Oleh karena itu, ada beberapa software pihak ketiga yang memberikan GUI untuk Snort, misalnya IDScenter untuk Microsoft Windows, dan Acid yang berbasis PHP sehingga bisa diakses melalui web browser.
Berbagai Fitur Snort


Karena Snort bersifat opensource, maka penggunaannya betul-betul gratis. Oleh karena itu, Snort merupakan pilihan yang sangat baik sebagai NIDS ringan yang cost-effective dalam suatu organisasi yang kecil jika organisasi tersebut tidak mampu menggunakan NIDS commercial yang harganya paling sedikit ribuan dolar US. Dari sisi harga, jelas tidak ada NIDS lain yang mampu mengalahkan Snort.


Karena Snort bersifat opensource, maka penggunaannya betul-betul bebas sehingga dapat diterapkan dalam lingkungan apa saja. Kode sumbernya pun bisa didapatkan sehingga Snort boleh secara bebas dimodifikasi sendiri sesuai keperluan. Selain itu, karena snort merupakan software yang bebas, maka telah terbentuk suatu komunitas Snort yang membantu memberikan berbagai macam dukungan untuk penggunaan, pengembangan, penyempurnaan, dan perawatan software Snort itu.


Snort memiliki bahasa pembuatan rules yang relatif mudah dipelajari dan fleksibel. Ini berarti bahwa pengguna dapat dengan mudah dan cepat membuat berbagai rules baru untuk mendeteksi tipe-tipe serangan yang baru. Selain itu, berbagai rules khusus dapat dibuat untuk segala macam situasi.

Snort sudah memiliki sebuah database untuk berbagai macam rules, dan database ini secara aktif terus dikembangkan oleh komunitas Snort sehingga tipe-tipe serangan yang baru dapat dideteksi dan dicatat.


Jika organisasi membutuhkan dukungan teknis untuk Snort yang profesional, maka ada beberapa pihak komersial yang menawarkan dukungan untuk Snort, misalnya SiliconDefense.Com.


Snort merupakan software yang ringkas dan padat, sehingga tidak memakan banyak resources tetapi cukup canggih dan fleksibel untuk digunakan sebagai salah satu bagian dari NIDS yang terpadu (Integrated NIDS). Selain itu, karena Snort bersifat lightweight, maka penerapannya juga mudah dan cepat.

Snort dapat melakukan logging langsung ke sistem database, misalnya ke
MySQL, PostGRE SQL, dan MS SQL.


Snort sebagai NIDS dapat menyembunyikan dirinya dalam jaringan komputer sehingga keberadaannya tidak bisa terdeteksi oleh komputer mana pun. Ini disebut sebagai stealth mode.

Snort memiliki 3 mode pengoperasian, yaitu:

1.Sniffer Mode: Dalam mode ini, Snort bertindak sebagai software sniffer yang dapat melihat semua paket yang lewat dalam jaringan komputer di mana Snort diletakkan. Fungsi snort dalam sniffer mode ini sama seperti yang ada di software Iris. Dalam mode ini, berbagai paket hanya ditampilkan di layar monitor secara real time.

2.Packet Logger Mode: Dalam mode ini, selain melihat semua paket yang lewat dalam jaringan komputer, Snort juga dapat mencatat atau melakukan logging terhadap berbagai paket tersebut ke disk. Dengan kata lain, Snort membuat copy dari paket-paket yang lewat dan menyimpan copy tersebut di disk sehingga pengguna Snort dapat melakukan analisis terhadap lalu lintas jaringan atau untuk keperluan lainnya.

3.Network Intrusion Detection Mode: Dalam mode yang paling rumit dan fleksibel ini, Snort bertindak sebagai NIDS yang dapat mendeteksi dan melakukan logging terhadap berbagai macam serangan terhadap jaringan komputer berdasarkan rules system yang telah ditetapkan oleh pengguna Snort. Rules system di Snort akan mendeteksi serangan-serangan tersebut berdasarkan ciri-ciri khas (signature) dari serangan tersebut.

Minggu, 13 Februari 2011

Langkah-langkah menginstall debian Lenny

Posted by Fahmil Khoriji 06.46, under | No comments



Setelah kita masukan DVD Debian, maka tampilan awalnya adalah seperti gambar di atas. Kita langsung pilih Install saja.

Setelah itu, akan muncul kotak dialog untuk memilih bahasa yang akan kita gunakan. Di sini kita pilih saja English.


Kemudian kita pilih lokasi kita atau Negara kita, untuk memilih Negara Indonesia pertama kita pilih OtherAsiaIndonesia.


Setelah itu, pilih keyboard layout American English.


Disini kita akan mengkonfigurasi yang berhubungan dengan jaringan nya, sebetulnya jika kita akan men-skip langkah ini juga tidak masalah. Tapi di sini saya akan mengkonfigurasi networknya pada saat menginstall dan menggunakan Configure network manually atau konfigurasi secara manual.




Di sini saya menggunakan IP Address kelas C, yaitu 192.168.5.1. dalam hal pemakaian IP itu terserah anda, tergantung kebutuhan. Setelah itu continue, dan subnet mask nya akan otomatis terisi dengan mask ip kelas yaitu, 255.255.255.0 (karena kita memakai ip kelas c). setelah itu isi gateway kita isi dengan 192.168.5.1 (sama dengan IP server), karena kita tidak terhubung ke internet. Untuk name server address juga sama ip nya yaitu, 192.168.5.1.


Saya isi hostname dengan server, dan continue.

Saya memakai domain latihan.org kemudian continue.


Pilih time zone kita, saya pilih Jakarta.


Di bagian ini kita akan melakukan partisi, saya di sini akan memilih melakukan partisi dengan Guided-use entire disk. Sebetulnya secara manual juga bisa, tapi cara ini lebih mudah. Langkah selebihnya dalam proses partisi tinggal tekan enter saja, sampai muncul bacaan Finish partitioning and write changes to disk. Kemudian continue

Masukan password root dan usernya.

Pada saat memilih software yang akan kita install kita akan menginstall standard system saja.

Apakah kita akan menginstall grub boot loader? Kita pilih yes. Ini berfungsi mendetek OS lain pada saat computer di nyalakan dan apabila computer multiboot.

Proses instalasi telah selesai, continue. Maka system akan me-restart.


Senin, 07 Februari 2011

Mengenal Komunikasi Serat Optik

Posted by Fahmil Khoriji 05.21, under | No comments


Media komunikasi digital pada dasarnya hanya ada tiga, tembaga, udara dan kaca. Tembaga kita kenal sebagai media komunikasi sejak lama, telah berevolusi dari hanya penghantar listrik menjadi penghantar elektromagnetik yang membawa pesan, suara, gambar dan data digital. Berkembangnya teknologi frekuensi radio menambah alternatif lain media komunikasi, kita sebut nirkabel atau wireless, sebuah komunikasi dengan udara sebagai penghantar. Tahun 1980-an kita mulai mengenal media komunikasi yang lain yang sekarang menjadi tulang punggung komunikasi dunia, yaitu serat optik, sebuah media yang memanfaatkan pulsa cahaya dalam sebuah ruang kaca berbentuk kabel, total internal reflection.

Sebuah kabel serat optik dibuat sekecil-kecilnya (mikroskopis) agar tak mudah patah/retak, tentunya dengan perlindungan khusus sehingga besaran wujud kabel akhirnya tetap mudah dipasang. Satu kabel serat optik disebut sebagai core. Untuk satu sambungan/link komunikasi serat optik dibutuhkan dua core, satu sebagai transmitter dan satu lagi sebagai receiver. Variasi kabel yang dijual sangat beragam sesuai kebutuhan, ada kabel 4 core, 6 core, 8 core, 12 core, 16 core, 24 core, 36 core hingga 48 core. Satu core serat optik yang terlihat oleh mata kita adalah masih berupa lapisan pelindungnya (coated), sedangkan kacanya sendiri yang menjadi inti transmisi data berukuran mikroskopis, tak terlihat oleh mata.


Bentuk kabel dikenal dua macam, kabel udara (KU) dan kabel tanah (KT). Kabel udara diperkuat oleh kabel baja untuk keperluan penarikan kabel di atas tiang. Baik KU maupun KT pada lapisan intinya paling tengah diperkuat oleh kabel khusus untuk menahan kabel tidak mudah bengkok (biasanya serat plastik yang keras). Di sekeliling inti tersebut dipasang beberapa selubung yang isinya adalah core serat optik, dilapisi gel (katanya berfungsi juga sebagai racun tikus) dan serat nilon, dibungkus lagi dengan bahan metal tipis hingga ke lapisan terluar kabel berupa plastik tebal. Dari berbagai jenis jumlah core, besaran wujud akhir kabel tidaklah terlalu signifikan ukuran diameternya.
Memotong kabel serat optik sangat mudah, cukup menggunakan gergaji kecil. Sering terjadi maling-maling tembaga salah mencuri, niatnya mencuri kabel tembaga yang laku di pasar besi/loak malah menggergaji kabel serat optik. Yang sulit adalah mengupasnya, namun hal ini dipermudah dengan pabrikan kabel menyertakan serat nilon khusus di bawah lapisan terluar yang keras sehingga cukup dikupas sedikit dan nilon tersebut berfungsi membelah lapisan terluar hingga panjang yang diinginkan untuk dikupas.
Untuk apa dikupas? Tentunya untuk keperluan penyambungan atau terminasi. Kita lihat dulu bagaimana pulsa cahaya bekerja di dalam serat kaca yang sangat sempit ini. Kabel serat optik yang paling umum dikenal dua macam, multi-mode dan single-mode. Transmitter cahaya berupa Light Emitting Diode (LED) atau Injection Laser Diode (ILD) menembakkan pulsa cahaya ke dalam kabel serat optik. Dalam kabel multi-mode pulsa cahaya selain lurus searah panjang kabel juga berpantulan ke dinding core hingga sampai ke tujuan, sisi receiver. Pada kabel single-mode pulsa cahaya ditembakkan hanya lurus searah panjang kabel. Kabel single-mode memberi kelebihan kapasitas bandwidth dan jarak yang lebih tinggi, hingga puluhan kilometer dengan skala bandwidth gigabit.
Inti kaca kabel single-mode umumnya berdiameter 8,3-10 mikron (jauh lebih kecil dari diameter rambut), dan pada multi-mode berukuran 50-100 mikron. Pulsa cahaya yang ditembakkan pada single mode adalah cahaya dengan panjang gelombang 1310-1550nm, sedangkan pada multi-mode adalah 850-1300nm.



Ujung kabel serat optik berakhir di sebuah terminasi, untuk hal tersebut dibutuhkan penyambungan kabel serat optik dengan pigtail serat optik di Optical Termination Board (OTB), bisa wallmount atau 1U rackmount. Dari OTB kabel serat optik tinggal disambung dengan patchcord serat optik ke perangkat multiplexer, switch atau bridge (converter to ethernet UTP).
Penyambungan kabel serat optik disebut sebagai splicing. Splicing menggunakan alat khusus yang memadukan dua ujung kabel seukuran rambut secara presisi, dibakar pada suhu tertentu sehingga kaca meleleh tersambung tanpa bagian coated-nya ikut meleleh. Setelah tersambung, bagian sambungan ditutup dengan selubung yang dipanaskan. Alat ini mudah dioperasikan, namun sangat mahal harganya. Inilah sebabnya meskipun harga kabel fiber optik sudah jauh lebih murah namun alat dan biaya lainnya masih mahal, terutama pada biaya pemasangan kabel, splicing dan terminasinya.

Pigtail yang disambungkan ke kabel optik bisa bermacam-macam konektornya, yang paling umum adalah konektor FC. Dari konektor FC di OTB ini kita tinggal menggunakan patchcord yang sesuai untuk disambungkan ke perangkat. Umumnya perangkat optik seperti switch atau bridge menggunakan konektor SC atau LC. Cukup menyulitkan ketika menyebut jenis konektor yang kita kehendaki kepada penjual, FC, SC, ST, atau LC.
Setelah kabel optik terpasang di OTB dilakukan pengujian end-to-end dengan menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR). Dengan OTDR akan didapatkan kualitas kabel, seberapa besar loss cahaya dan berapa panjang kabel totalnya. Harga perangkat OTDR ini sangat mahal, meskipun pengoperasiannya relatif mudah. OTDR ini digunakan pula pada saat terjadi gangguan putusnya kabel laut atau terestrial antar kota, sehingga bisa ditentukan di titik mana kabel harus diperbaiki dan disambung kembali.
Untuk keperluan sederhana misalnya sambungan fiber optik antar gedung pada jarak ratusan meter (hingga 15km) kini teknologi bridge/converter-nya sudah semakin murah dengan kapasitas 100Mbps, sedangkan untuk full gigabit harga switch/module-switch-nya masih mahal. Jadi, meskipun harga kabel serat optik sudah di kisaran Rp20.000/m namun total pemasangannya membengkak karena ada biaya SDM yang menarik dan memasang kabel, biaya splicing setiap core-nya, pemasangan OTB, pengujian OTDR, penyediaan patchcord dan perangkat optiknya sendiri (switch/bridge).